Sukabumi – Viral di media sosial, kisah warga Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi yang terpaksa memikul pasien sejauh 7 kilometer karena akses jalan rusak, membuka kembali luka lama yang belum sembuh. Tokoh Jampang, H. Yudi Pratama atau yang dikenal sebagai Si Peci Merah, angkat bicara dan menyoroti akar persoalan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Dalam konfirmasi melalui sambungan telepon WhatsApp pada Rabu (17/9/2025), Yudi menyatakan bahwa kejadian memilukan tersebut bukanlah hal baru, melainkan potret berulang dari keterisolasian warga yang telah lama diabaikan.
“Itu kejadian bukan sekali dua kali, tapi sudah puluhan kali. Warga yang sakit, ibu melahirkan, semua digotong pakai bambu dan sarung. Karena jalan ke sana memang tidak bisa dilalui roda empat, roda dua pun kalau bawa orang sakit mustahil,” ujar Yudi.
Jalur Perkebunan yang Belum Diserahkan
Yudi menyoroti kondisi jalan yang menghubungkan tiga kedusunan—Kiarasapi, Kiarlawang, dan Cilampahan—yang hingga kini masih berstatus jalur milik PTPN di kawasan perkebunan karet. Meski sempat ada rekomendasi dari pihak PTPN, yang diberikan hanya berupa Surat Izin Pakai (SIP), bukan pelepasan hak atas tanah.
“Yang kami butuhkan itu pelepasan hak, bukan sekadar SIP. Karena tanah itu tanah negara yang statusnya HGU. Kalau pemerintah serius, saya yakin itu bisa keluar. Tapi saya melihat perhatian pemerintah terhadap masyarakat di wilayah itu masih sangat minim,” tegasnya.
3.000 Jiwa Menanti Perubahan
Dengan jumlah penduduk hampir 3.000 jiwa, Yudi menilai sudah seharusnya pemerintah tidak menutup mata. Ia mengingatkan bahwa secara regulasi, PTPN wajib mengalokasikan 20 persen lahan saat perpanjangan izin HGU untuk kepentingan masyarakat.
“Makanya saya hari ini memperjuangkan dua hal: pelepasan hak akses jalan itu, dan menuntut CSR dari PTPN. Karena selama mereka berdiri, masyarakat tidak pernah merasakan manfaat CSR,” pungkas Yudi.
Mubarokah: Berkah yang Harus Diperjuangkan
Di balik kritik tajam dan fakta kelam yang diungkap, tersimpan semangat mubarokah—keberkahan yang lahir dari keberanian bersuara, kepedulian terhadap sesama, dan perjuangan untuk keadilan infrastruktur. Jalan bukan sekadar akses fisik, tapi jalur kehidupan, kesehatan, dan martabat warga.
Apa yang diperjuangkan oleh Si Peci Merah bukan hanya soal tanah, tapi tentang membuka ruang bagi masyarakat yang selama ini terpinggirkan untuk mendapatkan haknya: akses yang layak, pelayanan yang adil, dan perhatian yang tulus dari negara.